Rabu, 25 Mei 2011

Hubungan Menopause dan Keutuhan Perkawinan

Mengatasi menopause bukanlah hal mudah. Tindakan ini termasuk salah satu ketegangan yang dihadapi suami-istri paruh baya.
Penelitian menunjukkan bahwa 10 hingga 15 persen dari wanita menopause meningkat kegelisahannya. Mereka mengalami insomnia (sulit tidur) dan depresi (merasa sangat tertekan dan sedih). Para psikiater dan dokter sependapat bahwa dalam kasus-kasus begitu, peran suami amatlah penting.
Bagi banyak wanita, awal menopause (mati haid) bukanlah sekadar tanda berakhirnya masa kemampuan memiliki anak. Ia juga merupakan pengalaman yang menyakitkan perasaan dan fisiknya.
Seks tidak pernah merupakan masalah bagi Henry Ong dan istrinya. Namun ketika istrinya menginjak usia 50 tahun, dia mulai sering mengeluh sakit ketika berhubungan intim. Ia juga berubah jadi pemurung, suka menyendiri, dan mudah cemas. Sakit pada punggung adalah keluhan yang sering disampaikan Ny.Ong.
Henry menganjurkannya periksa ke dokter. Namun tidak terjadi perbaikan setelah itu. Kata dokter, ada gejala menopause pada Ny. Ong, dan hal itu bisa berlangsung beberapa bulan.
Dokter Pauline Sim, psikiater di Rumah Sakit KK, Singapura menjelaskan, menopause adalah suatu masa ketika siklus menstruasi dan reproduksi wanita berhenti. Umumnya terjadi di penghujung usia 40 tahun. Tapi gejala psikologisnya sudah dimulai beberapa tahun sebelum itu. Ketika tingkat hormon wanita berfluktuasi (turun-naik) dan haid menjadi tidak teratur datangnya, kaum wanita bisa menjadi lebih gelisah, insomnia dan depresi. Tapi tidak semua wanita mengalami perubahan psikologis itu.
Dijelaskan oleh Dokter Kok Lee Peng, psikiater di Rumah Sakit Gleneagles, sebanyak 50 persen dari wanita-wanita yang terpengaruh perubahan itu mengalami hot flush, yaitu sekujur tubuh tiba-tiba terasa panas dan kemudian mengeluarkan banyak keringat.
Perubahan lainnya adalah osteoporosis atau tulang-belulang merapuh, sakit pada punggung, dan terjadi penipisan dinding vagina. Hal itu membuat hubungan intim terasa menyakitkan.
Para psikiater itu sependapat bahwa untuk para istri itu, peran suami adalah penting. Dokter Sim mengatakan melihat banyak wanita menopause yang sedemikian bingungnya hingga berkali-kali ganti dokter untuk mengatasi masalahnya sesegera mungkin. Bahkan ada yang sampai mau meloncat ke luar mobil yang sedang berjalan.
Mengatasi menopause adalah salah satu daftar ketegangan yang dihadapi suami-istri paruh baya, kata psikoterapis Ang Thiam Hong yang telah menangani 200 kasus krisis perkawinan pada pasangan paruh baya. Menurutnya, ketika anak-anak sudah besar dan sudah meninggalkan rumah, menyesuaikan diri kembali untuk hidup sebagai suami-istri bisa merupakan masalah. Selain dari tekanan masalah akibat keluhan menopause itu, ada pula kemungkinan terjadi ketidakseimbangan dalam kebutuhan seks suami-istri.
“Istri sering merasa seperti kehilangan bahwa ia tidak dapat melahirkan lagi. Dia bisa saja mencari suaminya untuk mendapatkan keintiman tapi dengan menopause, gairah seksnya berkurang,” jelas Ang. Sebaliknya, suami bisa membangun hubungan baru dengan wanita lain yang lebih muda, untuk meyakinkan dirinya bahwa dia masih memiliki daya tarik.
Mengatasi masalah menopause, para penasehat itu menekankan pentingnya suami-istri membicarakan masalah itu. Bagi istri yang gejala menopausenya menyakitkan, suami perlu menolong dengan belajar lebih banyak tentang kondisi itu.
Kata dokter Sim, “Sebaiknya suami tidak berkata, ‘Jangan mengeluh. Ini soal pikiran kamu saja’, atau ‘Bagaimana mungkin. Ibu saya dan kakak saya yang perempuan tidak punya masalah begitu’. Kalimat-kalimat seperti itu bisa menyinggung perasaannya karena bukan kehendak dia menjadi seperti itu. Temani saja istri Anda dan jangan mencelanya.”


Sumber: Hubungan Menopause dan Keutuhan Perkawinan | 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar